Jumat, 06 Februari 2009

Perkembangan ICT di M3M

ICT di MAN 3 Malang diawali dengan penggunaan OHP sebagai salah satu media pembelajaran bagi siswa. Kemudian, mulai bermunculan CD - CD pembelajaran yang dinilai lebih menarik dan representativ. Untuk mengimbanginya, kemudian sekolah memfasilitasi tiap kelas dengan seperangkat televisi. Namun hal ini tidak sepenuhnya efektif, karena perangkat televisi yang ada tidak dilengkapi dengan CD player. Sekolah hanya menyediakan beberapa buah saja dan untuk menggunakannya harus mengambil dulu pada "TU atau PUSKOM". Ini akhirnya membuat beberapa kelas membawa player mereka sendiri agar proses KBM tetap berjalan tanpa harus peminjaman dengan kelas lain.

Sekitar 2 tahun lalu, sebelum sekolah mengikuti LLSS, dibuatlah sebuah ruangan mewah yang dilengkapi dengan komputer dan LCD proyektor. Penambahan ruangan ini dimaksudkan agar sekolah tidak ketinggalan zaman, mengingat kemajuan IT yang sangan pesat. Berbagai software interaktif untuk pembelajaran sudah banyak beredar. Tak hanya itu, siswa juga akhirnya dituntut untuk membuat sendiri bahan presentasi mereka. Materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami, karena siswa sendiri yang membuat. Penggunaannya diatur oleh pihak sekolah dengan membuat daftar antrean agar antara satu kelas dan kelas lainnya tidak berbenturan jadwal. Negatifnya, kadang banyak juga yang tidak kebagian ruang multimedia karena sudah kedahuluan kelas lain. Menyikapi hal ini, sekolah akhirnyamendistribusikan LCD proyektor pada tiap-tiap kelas yang sampai sekarang masih dimanfaatkan dan dinikmati seluruh warga MAN 3 Malang. Tak ada lagi acara "berebut" multimedia / perpustakaan. Tapi tetap demi kenyamanan bersama penggunaanya masih dibawah pengawasan.

Sehubungan dengan internet, tahun lalu MAN 3 Malang telah resmi menjadikan wilayahnya sebagai hotspot area. Setelah sebelumya sudah mengaktifkan penggunaan jaringan internet pada jaringan komputer di seluruh sekolah. Untuk memudahkan seluruh warganya menjelajahi dunia dengan internet. Walaupun pada awalnya hal ini disambut dengan baik, namun belakangan muncul berbagai keresahan. Diantaranya, banyak siswa-siswa yang tidak bertanggung jawab membuka situs-situs yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, bahkan kadang mengandung pornografi. Sampai akhirnya dilakukan pemblokiran situs-situs semacam itu dan semua kembali lega, terutama pihak guru.